Assalamu'alaikum
wa rahmatullah wa barakatuh.
Manusia
sebagai makhluk sosial yang tidak akan pernah lepas dari interaksi antar
sesamanya merupakan sebuah keniscayaan. Dalam sejarah umat manusia belum ada
manusia yang dapat hidup sendiri tanpa melakukan interaksi dengan manusia yang
lain. Jikapun ada pasti ia akan merasa sangat kesepian. Bahkan jika kita flashback
pada asal muasal mengapa Hawa diciptakan adalah lantaran Nabi Adam manusia
pertama merasakan kesepian.
Berkaitan
dengan hal ini dapat dipahami bahwa antara manusia satu dengan manusia lain
pasti melakukan interaksi. Dengan kata lain pada hakikatnya manusia satu dan
manusia yang lain adalah saling terhubung menjadi satu “We are
Connected”. Bukti bahwa kita semua
terhubung adalah firman Allah;
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu
sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (Qs. Al-Hujurat Ayat 10)
Rasulullah Saw bersabda;
إِنَّ
الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ
أَصَابِعَهُ
“Sesungguhnya seorang mukmin dengan mukmin lainnya
seperti satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lain." kemudian
beliau menganyam jari jemarinya." (HR. Bukhari)
Islam
sebagai agama yang paling sistematis dalam mengatur interaksi antar satu
manusia dengan manusia yang lain mengajarkan agar sebelum melakukan interaksi,
seyogyanya memikirkan tentang akibat dari interaksi yang akan ia lakukan.
Rasulullah Saw bersabda;
إِذَا
اَرَدْتَ أَنْ تَفْعَلَ أَمْرًا فَتَدَبَّرْ عاَقبِتَهَ فَإِنْ كَانَ خَيْرًا
فَامْضِ وَإِنْ كَانَ شَرًّا فَانْتَهِ
“Apabila engkau hendak mengerjakan suatu perkara,
maka pikirlah dahulu akibatnya, apabila akibatnya baik, maka kerjakanlah, dan
apabila akibatnya buruk, maka tinggalkanlah.” (HR. Ibnu
Mubarak)
Dari
hadis tersebut dapat dipahami bahwa Rasulullah Saw mengajarkan kepada umatnya
agar memperhitungkan semaksimal mungkin akan akibat dari perbuatan yang akan
dilakukan. Bahkan tidak hanya perbuatan, perkataan pun demikian. Sebagai
seorang Muslim sudah sepatutnya ia menjaga lisannya agar tidak menyakiti hati
saudara Muslimnya. Rasulullah Saw bersabda;
اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ (رواه البخارى)
“Seorang Muslim sejati
adalah orang yang selamat muslim lainnya dari gangguan lidah dan tangannya (perbuatannya).
Dan orang Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah”.(H.
R. Bukhari).
“We Are
Connected”
Seorang
Muslim sudah sepatutnya menanamkan dalam hatinya bahwa setiap tindakan yang ia
perbuat berpotensi dapat berpengaruh terhadap kehidupan orang lain. Sebagai
contoh kecil misalkan kita melihat paku kecil berkarat yang ada ditengah jalan
dan kita memutuskan untuk tidak menyingkirkannya, maka inilah awal rentetan
kejadian yang mungkin saja terjadi dan bisa jadi akan terjadi.
Pertama,
karena kita memutuskan untuk tidak menyingkirkannya, maka akan ada seseorang
yang terkena paku tersebut, terluka dan karena berkarat akan menjadi infeksi.
Karena infeksi dia akan sakit dan tidak bisa bekerja, karena tidak bisa bekerja
maka penghasilannya akan berkurang, karena penghasilan berkurang maka
keluarganya akan terkena dampaknya, entah itu tidak sekolah, tidak makan atau
bahkan tidak bisa membayar hutang… dan seterusnya dan seterusnya… Efek berantai
akan semakin membuat banyak orang yang bahkan mungkin sama sekali tidak pernah
kita temui akan merasakan dampak dari keputusan kita tidak menyingkirkan paku
yang seharusnya bisa menghindari dari masalah tersebut.
Sebaliknya
jika paku berkarat tersebut kita singkirkan, maka orang lain akan selamat
karena perbutan kita. Dan bisa jadi
karena perbuatan kecil tersebut dapat menolong kita di hari pembalasan kelak.
Bukankah ada sebuah hadis yang mengisahkan bahwa Allah mengampuni dosa-dosa
(bukan dosa mensyirikan-Nya) seseorang yang membuang duri dari tengah jalan.
Rasulullah berssabda;
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ
فَأَخَذَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ
“Ada seorang laki-laki yang sedang berjalan lalu
menemuklan potongan duri di jalan lalu diambilnya. Kemudian dia bersyukur
kepada Allah maka Allah mengampuninya”. (HR. Bukhari)
Contoh
lain dari perbuatan yang dapat berpengaruh kepada kehidupan orang lain adalah
ketika ada teman kita yang tidak masuk kuliah, kemudian kita tidak memberi tahu
kepadanya bahwa pada saat ia tidak masuk kuliah ada beberapa tugas dari dosen
yang harus diselesaikan minggu depan, inilah awal dari bencana yang mungkin
terjadi. Kemungkinan terburuknya adalah kita akan dibenci dan dimusuhi oleh
teman kita.
Kesimpulan
Biasakanlah
berfikir sebelum melakukan tindakan. Sebab banyak perbuatan kecil menjadi besar
karena tindakan kita yang tidak terduga.
كَثِيْرٌ
مِنَ الأعْمالِ الصِّغارِ تَكُوْنُ كِباراً لِأنَّ أعْمالَنا الَّتِيْ قَدْ تكونُ
مِنْ غَيْرِ مَظْنُوْنٍ
0 komentar:
Posting Komentar