Pages

Selasa, 14 Oktober 2014

“We Are Connected”



"We Are Connected
 


Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak akan pernah lepas dari interaksi antar sesamanya merupakan sebuah keniscayaan. Dalam sejarah umat manusia belum ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa melakukan interaksi dengan manusia yang lain. Jikapun ada pasti ia akan merasa sangat kesepian. Bahkan jika kita flashback pada asal muasal mengapa Hawa diciptakan adalah lantaran Nabi Adam manusia pertama merasakan kesepian.
Berkaitan dengan hal ini dapat dipahami bahwa antara manusia satu dengan manusia lain pasti melakukan interaksi. Dengan kata lain pada hakikatnya manusia satu dan manusia yang lain adalah saling terhubung menjadi satu  We are Connected”. Bukti bahwa kita semua terhubung adalah firman Allah;
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (Qs. Al-Hujurat Ayat 10)
Rasulullah Saw bersabda;
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ
“Sesungguhnya seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lain." kemudian beliau menganyam jari jemarinya." (HR. Bukhari)
Islam sebagai agama yang paling sistematis dalam mengatur interaksi antar satu manusia dengan manusia yang lain mengajarkan agar sebelum melakukan interaksi, seyogyanya memikirkan tentang akibat dari interaksi yang akan ia lakukan. Rasulullah Saw bersabda;
إِذَا اَرَدْتَ أَنْ تَفْعَلَ أَمْرًا فَتَدَبَّرْ عاَقبِتَهَ فَإِنْ كَانَ خَيْرًا فَامْضِ وَإِنْ كَانَ شَرًّا فَانْتَهِ

“Apabila engkau hendak mengerjakan suatu perkara, maka pikirlah dahulu akibatnya, apabila akibatnya baik, maka kerjakanlah, dan apabila akibatnya buruk, maka tinggalkanlah.” (HR. Ibnu Mubarak) 
Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa Rasulullah Saw mengajarkan kepada umatnya agar memperhitungkan semaksimal mungkin akan akibat dari perbuatan yang akan dilakukan. Bahkan tidak hanya perbuatan, perkataan pun demikian. Sebagai seorang Muslim sudah sepatutnya ia menjaga lisannya agar tidak menyakiti hati saudara Muslimnya. Rasulullah Saw bersabda;
اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ (رواه البخارى)
“Seorang Muslim sejati adalah orang yang  selamat muslim lainnya dari gangguan lidah dan tangannya (perbuatannya). Dan orang Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah”.(H. R. Bukhari).

“We Are Connected
Seorang Muslim sudah sepatutnya menanamkan dalam hatinya bahwa setiap tindakan yang ia perbuat berpotensi dapat berpengaruh terhadap kehidupan orang lain. Sebagai contoh kecil misalkan kita melihat paku kecil berkarat yang ada ditengah jalan dan kita memutuskan untuk tidak menyingkirkannya, maka inilah awal rentetan kejadian yang mungkin saja terjadi dan bisa jadi akan terjadi.
Pertama, karena kita memutuskan untuk tidak menyingkirkannya, maka akan ada seseorang yang terkena paku tersebut, terluka dan karena berkarat akan menjadi infeksi. Karena infeksi dia akan sakit dan tidak bisa bekerja, karena tidak bisa bekerja maka penghasilannya akan berkurang, karena penghasilan berkurang maka keluarganya akan terkena dampaknya, entah itu tidak sekolah, tidak makan atau bahkan tidak bisa membayar hutang… dan seterusnya dan seterusnya… Efek berantai akan semakin membuat banyak orang yang bahkan mungkin sama sekali tidak pernah kita temui akan merasakan dampak dari keputusan kita tidak menyingkirkan paku yang seharusnya bisa menghindari dari masalah tersebut.
Sebaliknya jika paku berkarat tersebut kita singkirkan, maka orang lain akan selamat karena perbutan kita.  Dan bisa jadi karena perbuatan kecil tersebut dapat menolong kita di hari pembalasan kelak. Bukankah ada sebuah hadis yang mengisahkan bahwa Allah mengampuni dosa-dosa (bukan dosa mensyirikan-Nya) seseorang yang membuang duri dari tengah jalan. Rasulullah berssabda;
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَذَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ
“Ada seorang laki-laki yang sedang berjalan lalu menemuklan potongan duri di jalan lalu diambilnya. Kemudian dia bersyukur kepada Allah maka Allah mengampuninya”. (HR. Bukhari)
Contoh lain dari perbuatan yang dapat berpengaruh kepada kehidupan orang lain adalah ketika ada teman kita yang tidak masuk kuliah, kemudian kita tidak memberi tahu kepadanya bahwa pada saat ia tidak masuk kuliah ada beberapa tugas dari dosen yang harus diselesaikan minggu depan, inilah awal dari bencana yang mungkin terjadi. Kemungkinan terburuknya adalah kita akan dibenci dan dimusuhi oleh teman kita.

Kesimpulan
Biasakanlah berfikir sebelum melakukan tindakan. Sebab banyak perbuatan kecil menjadi besar karena tindakan kita yang tidak terduga.

كَثِيْرٌ مِنَ الأعْمالِ الصِّغارِ تَكُوْنُ كِباراً لِأنَّ أعْمالَنا الَّتِيْ قَدْ تكونُ مِنْ غَيْرِ مَظْنُوْنٍ

 

0 komentar:

Posting Komentar