Pages

Minggu, 12 Oktober 2014

Insya Allah, Nggak Janji Lho..



Insya Allah, Nggak Janji Lho..
Assalamu’alaikum Wa Rahmatullah Wa Barakatuh
Dalam pergaulan sehari-hari kita sering menjumpai, bahkan juga melakukan, setiap kita berjanji dengan seseorang, kita akan mengucapkan kata “Insya Allah”. Begitu mudah kata-kata itu meluncur dari bibir, namun tidak semua orang paham betul apa dan bagaimana konsekuensi dari kata-kata tersebut. Parahnya lagi, sering kali kata-kata tersebut digunakan oleh sebagian orang sebagai alibi ketika ternyata orang yang berjanji tersebut tidak mampu menepati janjinya. “maaf ya” saya kan tidak janji, saya hanya bilang “Insya Allah”, begitu kilahnya. Dengan kata lain seakan-akan kata “Insya Allah” adalah alat yang digunakan untuk menolak namun dengan cara halus.
Islam memang mengajarkan pemeluknya untuk tidak berani menyatakan pasti terhadap apa yang akan ia lakukan esok hari. Islam menegaskan kepada manusia, Allah lah kepastian tejadinya peristiwa atau perbuatan. Manusia hanya perencana dan penyusun program, keputusan ada di tangan-Nya. Allah sendiri pernah menegur Rasulullah, saat beliau memastikan kesanggupannya esok hari untuk menceritakan kisah Ashhabul Kahfi kepada kaum Nashrani dan suku Najran sebagai bukti atas kerasulan beliau. Karena beliau yakin Allah akan memberikan wahyu kepadanya tentang kisah Ashhabul Kahfi tersebut sebelum esok hari. Allah menegur Rasulullah melalui Firman-Nya;
وَلا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا
إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لأقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا
Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya-Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini". (Qs. Al-Kahfi ayat 23-24)

Dalam ayat lain Allah juga memperingatkan bahwa manusia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dan dapat dilakukan esok hari. Manusia juga tidak akan pernah tahu di mana ia akan menghembuskan nafasnya yang terakhir. Semua itu merupakan rahasia Allah. Allah berfirman:
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Qs. Luqman ayat 34)

Lalu apakah dengan serta merta dua ayat di atas memerintahkan manusia untuk pasrah saja dan menyerahkan semua yang akan terjadi esok hari kepada Allah tanpa perlu berusaha?
Tentu tidak demikian, maksud dari kedua ayat di atas adalah hendaknya manusia tidak memastikan apa yang terjadi ataupun pekerjaan yang akan dilakukan esok hari. Manusia harus tetap mengatur dengan baik apa yang akan dikerjaannya esok hari. Ia harus cermat merumuskan apa yang akan dilakukan dan megkalkulasi apa yang diperoleh dari hasil usaha atau perbuatan yang dilakukan. Semua harus serba cermat dan tepat. Namun demikian yang perlu ditegaskan adalah manusi tidak boleh memastikan apa yang pasti akan ia dapatkan atau apa yang akan ia kerjakan esok hari. Karena yang demikian adalah termasuk sifat sombong dan jumawa. Perencanaan memang harus, namun memasrahkan hasil dari perencaan kepada Allah lebih harus. Semua itu dimaksudkan agar jika hasilnya ternyata tidak sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan seorang tidak akan kecewa maupun stres.
Lebih dari itu Islam tidak hanya memerintahkan manusia untuk merencanakan dan merumuskan apa yang akan dilakukannya esok hari, bahkan juga memerintahkannya untuk mengevaluasi apa yang telah diperbuat untuk esok hari. Jadi, dalam Islam hidup harus diatur dengan baik. Allah berfirman;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Qs. Al-Hasyr ayat 18)

Dalam kaitannya dengan janji, Allah memerintahkan setiap orang beriman untuk menyatakan “Insya Allah” dalam setiap janji yang diucapkannya. Namun itu bukan untuk berkilah saat ia tidak dapat menepati janjinya. Apalagi sampai digunakan sebagai alibi yang membuat mati kutu’ orang lain. “Saya kan bilang Insya Allah, enggak janji lho...!” itulah kata yang sering kali kita dengar untuk berkilah saat ada protes dari orang yang merasa dirugikan atau dicederai oleh janji yang tidak ditepati.
Ini jelas penerapan kata “Insya Allah” yang tidak benar. Kata “Insya Allah” itu harus diposisikan dalam rangka perjanjian yang sudah mendekati kenyataan. Bila seorang memang tidak dapat menepati janji, sedari awal sebaiknya mengatakannya dsehingga tidak membuat orang lain kecewa.
Mengingkari janji yang telah diucapkan dengan menyatakan “Saya kan bilang Insya Allah, jadi saya tidak janji...!” Jelas merupakan sikap yang tidak terpuji. Bahkan kalau hal semacam ini menjadi kebiasaan, maka pelakunya akan terjerumus dalam lembah kemunafikan. Bukankah salah satu tanda orang munafik adalah suka mengingkari apa yang ia janjikan. Rasulullah Saw bersabda;

أيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إذَا حَدَثَ كَذَبَ وَإذَا وَعَدَ أخْلَفَ وَإذَا ائْتُمِنَ خَانَ
“Ciri orang munafik itu  ada tiga, yaitu: jika berkata ia berdusta, jika berjanji ia ingkari, dan jika diberi amanah berkhianat.” (H.R. Muslim)

Kesimpulan:
Dalam hal penggunaan kata “Insya Allah” sebagai seorang muslim yang berkeyakinan bahwa Allah maha menguasai akan segala sesuatu, maka seyogyanya tidak mempermainkan kata tersebut. Jika memilki keyakinan kuat bahwa janjinya dapat ia laksanakan maka katakanlah “Insya Allah”. Namun jika memang tidak dapat menepati janji jangan gunakan kata “Insya Allah” sebagai alat untuk berkilah saat tidak dapat menepati janji.
Wallahu’alam bisshawab

0 komentar:

Posting Komentar