Pages

Sabtu, 11 Oktober 2014

Romantis Dalam Kehidupan Remaja

Assalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
Kata “Romantis” merupakan salah satu topik pembicaraan yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan remaja. Kata ini merupakan kata yang sangat menarik untuk dibahas. Bahkan sungguhpun kata romantis ini milik semua kalangan, namun kesannya hanya kalangan remajalah yang memilikinya.

Dalam kamus bahasa Indonesia kata romantis memilki arti bersifat mesra atau mengasyikkan. Dalam hubungan antara dua insan yang berlainan jenis, makna romantis dapat diartikan  sebagai hubungan yang mesra, hubungan yang membahagiakan pasangangannya, hubungan yang penuh dengan kenyamannan perasaan, dan lain sebagainya. Di mata kebanyakan remaja, kemesraan berarti keterpaduan emosional antara dirinya dengan hati sang kekasih yang diwujudkan dengan berbagai ekspresi. Biasanya romantisme dikalangan remaja diwujudkan dengan kerinduan yang amat sangat, sanjungan-sanjungan, sikap sangat memperhatiakan, helaian mesra, ciuman, dan bahkan ada yang sampai melakukan hubungan laksana suami istri. Na’udzu billah...
Remaja biasanya akan bangga jika pacarnya bisa mencapai romantisme. Bahkan mereka biasanya mencemooh temannya yang tidak bisa bersikap romantis pada pacarnya. Biasnya mereka akan mengatakan “payah kamu pacarannya ngga romantis, coba liat aku”, atau mereka mengatakan “kamu pacaran apa diskusi sih?.. huuuu kampungan” dan berbagai ucapan lainnya. Seakan-akan kalau pacaran tidak romantis itu kuno, ndeso, dan ketinggalan zaman. Karena pandangan inilah nampaknya para remaja berusaha semaksimal mungkin mencapai romantisme dalam berpacaran, sampai-sampai... sampai kelewat batas yang mereka inginkan. Astagfirullah...

Apa benar begitu?
Tentu tidak, karena romantisme semacam itu hanya milik orang-orang yang sudah menjalin hubungan suami istri. Bagi remaja, romantisme haruslah dipahami sebagai suasana yang saling memberikan kontribusi positif antara kedua belah pihak. Kontribusi positif dalam artian kontribusi yang dapat meningkatkan kemampuan dalam bidang akademis misalnya. Ust Jefri menjelaskan dalam bukunya Sekuntum Mawar Untuk Remaja “jika seorang remaja terlanjur sudah memilki seseorang yang disebutnya sebagai “kekasih atau pacar”, maka jadikanlah ia sebagai teman yang senantiasa memberikan motivasi dalam mengejar prestasi dan kemajuan. Hindari banyak pertemuan dengan sang kekasih apalagi berdua-duaan”.
Wah kalo gitu Ust Jefri dukung pacaran dong?
Tidak, tentu tidak demikian. Hal ini terlihat dari perkatan beliau “jika seorang remaja terlanjur sudah...”  ini menandakan bahwa beliau ingin melarang remaja untuk berpacaran namun dengan cara yang halus. Terbukti dengan perkataan beliau “Hindari banyak pertemuan dengan sang kekasih apalagi berdua-duaan”. Beliau mengatakan demikian karena awal dari bencana yang melanda kebanyakan remaja adalah karena sering bertemu dengan kekasihnya dan berdua-duaan.
Sebenarnya Perlukah kekasih atau pacar?
Ust Jefri dalam bukunya menjelaskan bahwa kekasih atau pacar bagi remaja sebenarnya tidak perlu, karena justru lebih banyak mendatangkan madharat dari pada manfaatnya. Banyak remaja stres karena cinta ditolak atau putus, bahkan sampai ada yang depresi dan bunuh diri. Di daerah penulis hal ini terbukti dengan kejadian beberapa minggu yang lalu mengenai bunuh dirinya seorang mahasiswa di kota Palangka Raya karena bertengkar dengan pacarnya. Na’udzu billah..  karena kekasih pula banyak remaja yang melalaikan tugas belajarnya. (Kejadian semacam ini sering terjadi pada teman-teman penulis di bangku perkuliahan).
Banyak para remaja yang terpana dengan kenikmatan berpacaran dan indahnya bercinta. Sehingga banyak remaja yang gagal di tengah jalan akibat percintaan. Perjalanan yang masih panjang disudahinya hanya disebabkan keterpanaan dengan indahnya asmara. Mereka menderita kerugian dunia, padahal sebenarnya mereka mempunyai peluang yang besar untuk memperoleh keberuntungan dunia. Mereka juga mengalami kerugian akhirat, karena terjerumus dalam kemaksiatan. Pujaanya terhadap sang kekasih telah membuatnya lupa terhadap kekasih yang sesungguhnya. Kekasih yang telah memberikan kepadanya segala-galanya.
Ust Jefri mengatakan “Kalau kita lebih memilih kekasih dunia, dan melupakan kekasih yang sesungguhnya berarti kita telah membeli dunia dengan akhirat”. Padahal jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat tentu kehidupan dunia harganya sangat murah, sedangkan akhirat sangat mahal. Kita telah menjual akhirat dengan harga yang sangat murah tentu kita dalam keadaan rugi. Allah berfirman dalam surah Albaqarah ayat 86;
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالآخِرَةِ فَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ
Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.
Pada ayat lain Allah berfirman:
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.”
Jika seorang remaja tidak ingin mengalami kerugian, maka seharusnya menjauhi yang namanya pacaran. Berkosentrasilah menata masa depan dengan belajar giat dan mengembangkan potensi diri. Sebab masa depan lebih baik dari masa sekarang. Jika masa sekarang kita bahagia, namun di masa yang akan datang kita bersedih itu artinya kita adalah orang yang merugi. Allah berfirman:
وَلَلآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الأولَى
“Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan.”
Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِ فَهُوَ فِيْ نُقْصَانٍ
“Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia dalam kerugian.”
Jadi, sebagai remaja Islam, kita harus lebih mementingkan masa depan, karena masa depan lebih baik dari sekarang. Baik masa depan di dunia maupun masa depan di akhirat.
Ust Jefri mengatakan “Agar kita bisa selamat dari jebakan pacar atau kekasih dunia, maka kita harus mencari kekasih yang lain. Kekasih yang lebih memberikan kebahagian hakiki. Yaitu kekasih yang telah menciptakan kita, menghidupkan kita, memelihara kita dan melimpahkan rizkinya kepada kita. Dia Allah Swt Tuhan semesta alam”.
Lebih lanjut Ust Jefri menjelaskan bahwa ketika seorang remaja sudah mendekatkan diri kepada Allah, maka keinginan-keinginan untuk mencari kekasih dunia akan dapat ditahan. Sehingga ia dapat berkosentrasi terhadap pelajaran disekolah (bagi yang sekolah) maupun di kampus (bagi yang kuliah). Saat teman-temannya berbicara mengenai romantisme berpacaran dengan kekasih dunia,  ia pun tidak kalah dapat bercerita tentang romantismenya bercinta dengan kekasih yang hakiki”.
Mungkinkah hal demikian dapat terjadi?
Penulis sendiri, dari lubuk hati yang paling dalam merasa ragu akan yang disampaikan Ust Jefri. Penulis bertanya-tanya, bagaimana mungkin sebagai seorang yang hidup pada masa remaja dapat bercinta dengan kekasih yang tidak kasat mata. Bagaimana mungkin Dzat yang tidak kasat mata dapat mengisi hati yang sedang galau, yang sedang bimbang, yang sedang menginginkan perhatian lebih dari seseorang. Bagaimana mungkin juga Dzat yang tidak kasat mata dapat menyemangati kita sebagai remaja dalam mengarungi kehidupan ini.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mungkin tidak hanya dirasakan penulis. Kawan-kawan pasti juga merasakannya. Terlebih lagi yang sekarang memiliki pacar atau kekasih pasti akan mencoba untuk menyangkal apa yang disampaikan Ust Jefri. Mungkin sebagian dari kawan-kawan akan mengatakan “apa salahnya dengan pacaran, toh dengan pacaran sekolah jadi semangat, kuliah jadi semangat. Yang biasanya berangkat ke sekolah atau kampus malas-malasan karena dengan adanya pacar berangkat jadi semangat, jadi tepat waktu, dan lain sebagainya.
Bila ditanya mungkinkah, jawabannya sangatlah mungkin. Ust Jefri mengatakan “justru dengan Kekasih hakiki, kita akan senantiasa melihat-Nya dengan menyaksikan segenap ciptaan-Nya, kita juga akan senantiasabersama-Nya, bahkan setiap saat kita bisa datang kepadanya tanpa melalui perantara dan izin siapapun”. Allah berfirman dalam surah Al-Imran ayat 190:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
Dalam surah Albaqarah ayat 194:
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
Dalam surah Albaqarah 115;
وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Dari bebrapa ayat di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara agar kita sebagai remaja dapat merasakan cinta dan romantisme pada Kekasih hakiki. Di antaranya adalah;
1.      Menghayati segala tanda-tanda keberadaan-Nya. Dengan demikian meskipun kita tidak dapat meliaht-Nya, namun kita tahu bahwa Ia ada. Inilah yang sering kita lupakan. Kita sangat jarang untuk Menghayati segala tanda-tanda keberadaan-Nya. Kita lebih senang ngobrol, lebih senang berdebat, dan lain sebagainya. Semoga kita dijadikan remaja yang dapat menghayati segala tanda-tanda keberadaan-Nya.
2.      Berusaha agar menjadi remaja yang bertakwa. Salah satu caranya adalah dengan menjaga interaksi kita terhadap lawan jenis.
3.      Yakinlah bahwa Allah selalu mengetahui apa yang kita kerjakan. Dan yakinlah bahwa Allah selalu ada ketika kita menginginkan sesuatu. Sebab Allah lah yang memilki timur dan barat (seluruh alam semesta).
Bila ditanya apakah penulis sudah melakukannya? Penulis akan jawab dengan jujur bahwa penulis belum dapat melakukan dengan sepenuhnya.  Namun sebagai seorang yang memang sudah seharusnya melakukannya, penulis ingin mengajak kawan-kawan sekalian bersama penulis agar berusaha untuk melakukannya sehingga dapat merasakan cinta dan romantisme dengan Kekasih hakiki sebagaimana yang jelaskan oleh Ust Jefri Al-Bukhori.
Wallahu’alam bis-shawab..
 


1 komentar: