Pages

Jumat, 22 Mei 2015

Tiga Macam Rumah dan Perumpamaan Hati



Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Dalam kehidupan ini jika kita perhatikan ternyata ada tiga macam rumah. Yang pertama adalah rumah bangsawan, orang kaya dan raja . Di dalamnya penuh dengan simpanan, tabungan, perhiasan, harta melimpah, emas, perak, intan, berlian dan lain sebagainya. Yang kedua adalah rumah orang biasa yang sederhana. Di dalamnya ada simpanan, tabungan, dan perhiasan yang tidak sebanyak dimilki bangsawan, orang kaya dan raja. Dan yang ketiga adalah rumah kosong. Di dalamnya tidak ada simpanan, tidak ada tabungan, perhiasan, harta melimpah, emas, perak, intan, berlian dan lain sebagainya. Tidak ada isinya sama sekali.
Nah, pertanyaan “jika ada seorang pencuri, kira-kira ia akan memasuki rumah yang mana?” silakan coba teman-teman tebak.

Jika teman-teman menjawab pencuri itu akan masuk ke dalam rumah yang kosong, tentu hal ini suatu yang tidak masuk akal. Karena rumah yang kosong tentu tidak ada barang yang bisa dicuri.
Kemudian jika teman-teman menjawab pencuri itu akan masuk ke rumah bangsawan, orang kaya dan raja, itu juga sepertinya mustahil. Sebab tentunya rumah bangsawan, orang kaya dan raja dijaga oleh penjaga dan tentara sehingga pencuri tidak bisa mendekati rumah tersebut. Bagaimana mungkin pencuri akan mendekatinya sementara penjaga dan tentara senantiasa menjaga di mana-mana.
Sekarang tinggal rumah yang ketiga, yakni rumah yang memiliki harta namun tidak sebanyak yang dimiliki bangsawan, orang kaya dan raja. Jika kita perhatikan ternyata rumah inilah yang paling rawan di masuki oleh pencuri. Jika rumah ini tidak dijaga dengan baik, pintunya tidak dikunci, tentu pencuri akan sangat mudah memasukinya. Sebaliknya jika rumah itu dijaga dan dipelihara dengan baik Insya Allah pencuri tidak akan dapat memasukinya.
Nah, coba sekarang kita analogikan ketiga rumah tersebut dengan hati kita. Sebab inilah poin utamanya.
Rumah yang pertama umpama hati yang kosong dari kebajikan. Ini adalah hati orang-orang munafik, hati yang telah membatu. Hati seperti ini merupakan rumah setan yang ia jadikan sebagai benteng dan tempat tinggal. Maka adakah keinginan untuk mencuri dari rumah itu? Sementara yang ada di dalamnya hanyalah peninggalan setan, simpanannya dan gangguannya.
Kemudian hati yang kaya dengan kebajikan. hati yang senantiasa di isi dengan amalan-amalan shaleh, hati yang telah berhubung dengan Rabb Tuhan sekalian alam. Ini umpama rumah bangsawan, orang kaya dan raja yang dijaga oleh penjaga dan tentara. Setan hampir tidak mungkin dapat memasuki hati tersebut. Jika kita perhatikan hati seperti ini adalah hatinya orang-orang shaleh dan para kekasih Allah. Dalam sebuah hadis qudsi Allah berfirman;
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ (رواه البخارى في رياض الصالحين(
“Siapa yang memusuhi wali-KU, maka Aku umumkan perang kepadanya, dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan, jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti Ku-lindungi.” (HR. Bukhari dalam kitab Riyadhus shalihin hal 194)

Salah satu bukti bahwa setan tidak dapat memasuki hati orang seperti ini adalah kisah sayidina Umar. Disebutkan bahwa jika sayidina Umar berjalan pada suatu jalan, maka setan akan mencari jalan lain untuk menghindar darinya. Rasulullah Saw bersabda;
إنّ الشّيْطَانَ لَيَفْرَقُ مِنْ ظِلِّ عُمرَ, وماسلكَ عُمَرُ فجّاً إلاّ سلك الشيطان فجّاً أخر
“Sungguh Setan akan menjauh dari bayangan Umar. Tidaklah Umar berjalan pada suatu jalan, melainkan setan akan berjalan pada jalur yang lain”. (Risalah Mu’awanah hal. 3)

Yang ketiga adalah hati yang diisi dengan kebajikan namun tidak terlalu banyak. Mungkin inilah perumpamaan pada hati kita. Mau tidak mau harus diakui kita ini kurang amal, kurang berbuat kebaikan, bahkan mungkin masih kurang dalam melaksanakan kewajiban. Hati inilah hati yang paling rawan untuk dimasuki setan. Oleh sebab itu marilah kita senantiasa berupaya untuk menjaga hati ini dengan memperbanyak amal-amal shaleh. Tentu disamping berupaya juga harus diiringi dengan do’a. Berdo’a agar hati kita dilindungi oleh Allah dari gangguan setan.
Tiada daya dan upaya kecuali dari Allah Swt.
Wallahu ‘alam

2 komentar:

  1. analogi yang bagus..................... hati laksana rumah dan jendela-jendelanya adalah anggotata-anggota tubuh. Telinga, hidung, lidah, kaki, tangan, dll. Apabila jendelanya terbuka maka hati akan kotor dan sebaliknya. Jendela tettup saja, isi rumah bisa kotor bagaimana apabila hati terbuka lebar. Begitu pun hati..... jendela harus ditutup dan di dalam hati harus selalu dibersihkan dengan istighfar. Salam hangat el-Mannan. Tolong juga antum memberikan kritik dan saran kepada tulisan saya. Terimakasih. Semoga Allah memberkahi kita semua. Amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syukran sudah mau berkunjung dan memberikan komentar. Insya Allah nanti ane jalan2 ke blog antum :)

      Hapus